Kamis, 26 Juni 2014

"apa-apaan ini?"
  "tidak mungkin tidak ada!"

"apa yang kau cari?" tanya seorang perempuan yang usianya kurang lebih memasuki 18 tahun.
"rok sekolahku," jawabku
lalu ku ambil handphone ku untuk meng-bbm ibu ku.
"ibu, dimana kau simpan bajuku?" delivered.
aku mengelilingi isi lemari ku. yang ada hanya rok yang rusak, akibat terlalu kecil.
dulu aku sangat menyukai rok itu karna ketat, dan mungkin kalian bertanya-tanya. Ya! aku sangat menyukai baju yang sangat ketat. Entah sejak kapan.
Setelah berpikir cukup lama, aku pun memakai rok itu, memakai baju kaos biasa yang hanya bergambar seorang perempuan mungkin tomboy, sedang memasang alat pendengar musik di telinganya, memakai topi, dan memegan handphone nya. Lalu ku ambil jaket untuk sekedar menutupi rok rusak ku yang sialan.

***

Sial. sepertinya hanya aku yang memakai pakaian biasa dan semua penghuni sekolah memakai seragam sekolah. Sudahlah, apa boleh buat, aku tak memikirkannya.
"kau sangat terlambat, kita sudah lumutan di sini." kata temanku, Erika.
"sungguh, jam berapa kau bangun, Tiara? dasar kerbau," kata temanku yang lain, Vira.
"oh, aku benar-benar minta maaf, sungguh, aku bangun pukul 7 tapi aku tidak menemukan rok ku,"
"berapa buku perpustakaan yang kau bawa?" tanya Vira
"hanya 6, kau?"
"delapan."
"kenapa begitu banyak?"
"ya, buku ku banyak yang double," katanya, "ayo ke perpustakaan, tas ku sudah tidak tahan menanggung berat buku-buku sialan itu." sambungnya.

Aku, Erika, dan Vira hanya memasang wajah bengong.
"woaah, sungguh, kenapa sangat banyak manusia berkumpul di tempat seperti ini?" tanya Vira
"entah," lalu aku membuka sepatu, dan masuk.
Aku sibuk menyari kartu perpustakaan ku, Vira pun begitu, sedangkan Erika yang tidak meminjam buku hanya duduk bersama kesayangannya-- handphone.
Setelah selesai, kami memasuki sebuah supermarket karna kelaparan.
Mungkin kita bertiga senasib, kita sangat lapar akibat tidak mengisi perut sewaktu pagi.
Seusai itu kami kembali ke kelas yang ternyata isinya kosong. Wajar saja, toh sudah tidak ada kegiatan belajar mengajar.
"okay, sekarang bagaimana?" tanya Vira
tak ada yang menjawab, tetapi Erika dan Vira terus menatapku.
"apakah pertanyaan itu untuk ku?" tanyaku.
"tentu saja, dodol." jawab Erika.
"bagaimana apanya?" tanyaku
"hubunganmu" tanya Vira
"sama siapa? aku sedang tidak berhubungan dengan siapa-siapa"
"tentu saja sama Vino, mantan kekasihmu, itu." jawab Vira
"oh." jawabku lalu setengah berpikir, haruskah kuceritakan semuanya? hm.
Lagi-lagi, Vira dan Erika menatapku terus menerus, bagaikan anak kecil yang sedang menunggu mama nya membuka-kan permen nya.
"ehm." kataku membuka pembicaraan. Vira menaikkan alisnya sebelah.
Jadi ku ceritakan semua. Ku ceritakan bahwa kita berakhir dengan baik-baik saja dan tidak ada pertengkaran yang hebat. Itu saja.
"aku tidak percaya," kata Erika
"aku ingin membaca chat mu bersamanya." kata Vira
"harus kah?" tanyaku
"ya, karna kami tidak mempercayaimu." lalu tiba-tiba saja Vira merebut handphone ku dari tangan ku yang memang sejak tadi ku pegang terus. Aku hanya menghela napas, lalu keluar dari kelas. Sekolah ini sungguh sepi. Penghuninya sangat malas atau apa? Tidak kah mereka peduli dengan nilai mereka? Aku menghela napas lagi lalu masuk ke kelas.
"bagus, kau sudah mengakhirinya, masih banyak orang yang menantimu di luar sana."
"bagus apanya?" tanyaku.
lalu Vira keluar kelas tanpa menjawab pertanyaan ku. Kulihat dia selfie.
Aku mengambil hp ku lalu memutar musik.
"Sungguh! aku tau kau baru putus, tapi tidak bisa kah kau memutar lagu rock saja? aku benci lagu melow, Tiara." kata Erika.
lalu, aku keluar.
"hasil jepretan mu tidak akan bagus jika tidak bersamaku." kataku bergurau lalu mengambil hp Vira dan foto bersamanya.
"jam berapa kalian akan pulang?" tanyaku.
"setelah handphone ku mati." sahut Erika
"entah." kata Vira
"woaah, sekarang sudah jam segini, kita pulang saja!" kata Erika tiba-tiba. Dia memang aneh.
Lalu kami menuruni anak tangga.
"duluan," kata Vira dan Erika. Mereka selalu pulang sama, karena rumah mereka searah.
lalu aku keluar, mencari bus.
Ini yang paling aku suka dengan bus ini, selain ber-ac bus ini punya wifi. sangat nyaman.
Sepertinya tempat duduknya tersisa dua.
Seorang ibu-ibu (sepertinya) duduk di bagian luar. lalu aku mengambil tempat duduk di tengah, lalu seseorang mengambil tempat duduk di sampingku.
Aku melihatnya, tapi aku pura2 tidak melihat. Aku kenal. Dia se-eksul denganku, dulu kami sangat dekat, selalu pulang bersama, tetapi aku mulai sibuk karna pelajaran, dan jarang mengikuti eksul, jadi hubungan kami mendadak menjadi menjauh.
Aku ingin membuka percakapan, em.. sekedar menyapanya. Tapi apa yang harus ku katakan?
apa kabar? terlalu biasa.
kau masih sering latihan? bodoh. tentu saja. dia kan masih adik kelas, belum begitu sibuk.
aku kehabisan akal, lalu ku putuskan untuk diam.
Handphone ku lowbat, jadi ku putuskan untuk melihat ke jendela dan itu berarti aku juga melihat ke arah um.. orang yang di sampingku. tapi, aku hanya melihat jendela. Sungguh! aku tidak berani menatapnya meskipun dia adik kelas ku.
"woah, ada sweeping, beruntung nya aku tidak membawa motor tadi," katanya.
dia berbicara sama siapa? tanyaku dalam hati.
"woah, tidak ada yang bisa lolos dari sweeping tersebut, god bless me!" katanya lagi.
aku pun ikut memandang apa yang di pandangnya, sepertinya dia berbicara kepadaku dan akan tidak sopan jika aku tidak meresponnya. tapi, aku hanya diam
tiba-tiba bus terhenti. Dan, oh-- ternyata dia turun di sini, sayang sekali. lah? pemikiran macam apa itu?! lalu aku menggeleng. Setelah turun, aku memandang ke arah jendela, dia pun sama. Dia tersenyum, oh moment yang sangat canggung. aku memiringkan kepala-- lalu tersenyum sedikit-- lalu tunduk. ketika kepala ku terangkat lagi, dia sudah tidak ada. Aku lalu menghembuskan napas, banyak yang kupikir saat ini. tapi aku tidak tau, apa tujuan pemikiran ku saat ini.















Hehe, mianhae, aku gajelas buat cerita :(((
lagi bosen kakaa
oke tidaksuka? kok dibaca sampe abis?^^
hehe bagaimanapun terimakasih sudah baca.
gutbai illaliko.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar