Rabu, 14 Desember 2016

Dan disini lah aku.
Berdiri dilantai tiga, di gedung Al-Azhar, di sebuah asrama yang mengharuskan ku untuk disiplin, kata kasarnya sih, memaksa ku untuk disiplin.

Semuanya berawal dari saudariku yang sudah dulu ber-asrama disana, timbullah niat orang tuaku untuk memasukkan ku disana. sedih? banget. menurutku sendiri, masuk asrama, sekolah tanpa orang tua, ngurus diri sendiri, tanpa alat komunikasi, hal terberat untuk bilang "ya".

Siap masuk asrama, siap kehilangan. Ya entah itu kehilangan barang, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan perasaan, kehilangan kenangan, semua harus siap ngerasain itu, dan aku? udah berhasil ngerasain semuanya. meskipun ga berhasil banget sih, tapi aku udah ngerasain, gimana sakitnya kehilangan, gimana sakitnya ditinggal, gimana sedihnya sendiri, gimana kecewanya dikhianatin, gimana sakitnya dibuang, gimana sesalnya ga dihargain, itu semua kita--anak pondok--udah sering ngerasain itu semua. dan, itu semua yang bikin kita kuat.

Haha kuat. kuat? ga ada orang pondok yang benar-benar kuat.

Dan itu aku. Sekuat-kuatnya aku dipondok gabakal kuat kalo gaada yang support, gabakal kuat kalo gaada yang ngehargain.

Intinya aku rindu.

Rindu, dimana aku yang manja, aku yang sering ngeluyur bareng temen, aku yang suka nempel sama ibu, aku yang suka ngadu sama ayah, aku yang seneng berantem sama adik, aku yang suka iri sama kakak, aku yang gabisa jauh dari barang elektronik, intinya aku yang dulu.

Aku yang berdiri tegak memakai jubah hijau, selalu iri melihat mereka yang memakai putih abu-abu. Kenapa? Kenapa aku harus iri? Bukan kah seharusnya mereka yang iri sama aku? Mereka ga bisa berbahasa arab seperti aku! Mereka ga bisa belajar pake buku setebal buku ku! Mereka bukan apa-apa! tapi,
aku masih iri.


Apa harus aku menangis dengan hati yang kosong dengan muka kusam dan penampilan yang berantakan dan mengatakan aku tidak kuat?

Aku, lelah.